MENAFSIR “ATHEIS” DALAM SUDUT PANDANG MORAL BERAGAMA
RESENSI
BUKU NOVEL FIKSI
DENGAN
JUDUL
“ATHEIS” – ACHDIAT K. MIHARDJA
Oleh
Almira
Salsabilla Gita Indraswari
SMA
Negeri 1
Surakarta
Dalam
Lomba
Resensi Buku Tingkat SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, Perguruan Tinggi Se-Solo
Raya
Kantor
Arsip dan Perpustakaan Daerah
Kota
Surakarta
2015
Judul Buku : Atheis
Pengarang : Achdiat K. Mihardja
Penerbit :
PT. Balai Pustaka, Jakarta
Tahun Terbit & Cetakan :
Cetakan ke-35, 2011
Dimensi Buku : 21 cm x 15 cm, 252 halaman
Harga Buku : Rp. 62.000,-
A.
Sinopsis
Hasan
adalah seorang pemuda yang berasal dari sebuah kampung kecil, yaitu Kampung
Panyeredan. Ayah dan ibunya adalah orang saleh yang taat beribadah. Sejak kecil
hidupnya ditempuh dengan tasbih. Iman Islamnya sangat tebal. Makin dewasa ia makin
taat menjalankan perintah agama dan dongeng-dongeng tentang neraka tidak
luntur, melainkan makin menempel terus dalam hatinya. Lukisan inilah yang
menggambarkan latar keagamaan dalam kehidupan Hasan, kehidupan yang bernaung
Islam. Dapat dikatakan Hasan adalah seorang penganut agama Islam yang sangat fanatik.
Hasan
memulai kehidupan baru bersekolah di Kota Bandung dan tinggal bersama bibinya,
kemudian setelah dewasa ia bekerja pada sebuah kantor jawatan pemerintah,
sebagai penjual tiket kapal. Di sana ia berkenalan dengan Rukmini dan menjalin
hubungan dengannya. Orang tua Hasan masih keturunan raden, mereka menyarankan
agar Hasan memilih wanita sederajat. Namun Rukmini bukanlah dari kalangan yang
sama dengan keluarganya. Pada akhirnya orang tua Rukmini menikahkannya dengan
seorang saudagar kaya dari Jakarta. Hasan merasa kecewa dan sakit hati. Sejak
saat itu Hasan berniat meningkatkan ibadahnya agar lebih dekat dengan sang Pencipta.
Ia pun mengikuti jejak ayahnya menganut ilmu tarekat.
Suatu
ketika Hasan bertemu dengan Rusli yang merupakan sahabatnya saat kanak-kanak.
Di sanalah ia melihat seorang gadis cantik yang mempesonanya pada pandangan
pertama. Gadis itu bernama Kartini. Kartini adalah seorang janda. Dahulu ia
dinikahkan paksa oleh orang tuanya dengan seorang lelaki arab tua kaya raya
yang pantas disebut kakek. Ketika bercerai dari suaminya ia membawa banyak warisan.
Kartini dan Rusli sangat akrab, namun hanya sebatas hubungan kakak adik saja.
Kartini menganggap Rusli adalah pelindungnya. Rusli pun memperkenalkan Kartini
kepada Hasan.
Sejak
pertemuan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini dan menjadi sering mampir ke tempat
Rusli. Mulailah Hasan mencebur dalam pergaulan Rusli, Kartini, dan kawan-kawan
mereka, yang merupakan aktivis ideologi marxis. Ia sering berkumpul dalam
forum-forum diskusi pemikiran marxis Rusli dan kawan-kawan. Hasan mulai berubah
terutama menyangkut sisi religiusitas yang selama ini ia pegang teguh. Ideologi
marxis sangat bertentangan dengan pemahaman keagamaan yang dipeluknya selama
ini. Pada awalnya ia berusaha melawan jalan pemikiran mereka, namun pada
akhirnya Hasan menyerah, apalagi ketika Anwar, teman Rusli yang seorang atheis
mempengaruhinya. Kesalehan yang melekat dalam dirinya mulai luntur. Ia mulai
meragukan keberadaan Tuhan dan mulai tak taat beribadah. Bahkan ia berani
berterus terang pada kedua orang tuanya tentang pemahaman keimanan barunya itu.
Tentu saja untuk itu Hasan harus membayar mahal yaitu perpisahan dengan orang
tuanya.
Kepercayaan
terhadap Tuhan benar-benar luntur saat ia menjalani hubungan dengan Kartini,
seorang wanita yang juga menganut aliran atheisme. Hasan dan Kartini akhirnya
menikah meski tak direstui oleh orang tuanya bahkan mengusirnya dan tak lagi
menganggap ia sebagai anak. Pernikahan mereka diwarnai dengan pertengkaran.
Hasan tak menyukai gaya hidup modern Kartini. Hasan berpikir istrinya
berselingkuh dengan Anwar meski Kartini tetap mengelak. Hingga pada akhirnya
mereka pun bercerai. Kesadaran datang dalam dirinya, ia merasa berdosa tidak
hanya pada kedua orang tuanya namun juga pada Allah. Ia menyesal telah
meninggalkan nilai-nilai keagamaan dalam dirinya. Ia segera pulang untuk
bersujud di kaki ayahnya yang sakit parah. Namun sang ayah tak sudi
memaafkannya dan menyuruhnya pergi. Hasan yang kurus dan berpenyakit paru-paru
itu menangis tersedu-sedu. Meninggalnya sang ayah menjadikan Hasan begitu
terpuruk. Dia merasa telah jatuh dalam dosa yang tak akan lama lagi membawanya
ke dalam neraka, tempat yang selalu ditakutinya dari semenjak ia kecil. Pada
akhirnya ia kembali bertasbih persis
seperti dahulu.
Ketika
ia pergi ke sebuah hotel, ia mendapati fakta dari Amat si pelayan hotel bahwa
dua bulan yang lalu saat ia dan istrinya bertengkar, saat istrinya kabur dari
rumah, Anwar pernah berniat memperkosa
Kartini di salah satu kamar hotel itu. Dengan kemarahan ia pun pergi mencari Anwar.
Ia tak peduli bahwa saat itu sedang terjadi jam malam sehingga ia tertembak
oleh tentara Jepang (Kusyu Heiho) yang mengira ia adalah mata-mata
karena ia berlari membabi buta. Hasan tersungkur oleh terjangan peluru. Pada akhir hayatnya, Hasan masih sempat
mengucapkan “Allahu Akbar” sebagai tanda keimanannya.
B.
Penilaian
Tema
dalam novel ini adalah persoalan manusia dengan Tuhan, menggambarkan tentang
kehidupan, hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alamnya. Mengulas masalah etika dan agama. Kisah
bagaimana kehidupan agama seseorang yang penangkapan agamanya
setengah-setengah, baik karena pendidikan agamanya yang lemah maupun kehidupan
modern yang menjadi lingkungan di kota besar. Sebuah pergeseran gaya hidup
tradisional ke gaya hidup modern. Tema yang sangat memikat dan pantas jika
novel ini menjadi salah satu bacaan wajib bagi pelajar dan mahasiswa. Selain
itu banyak menggunakan gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa personifikasi.
Hal ini terlihat dari beberapa kalimat yang digunakan yaitu membandingkan
sesuatu dengan orang. Sehingga novel ini sangat menarik dan indah untuk dibaca.
Menggunakan latar waktu, tempat, atau lingkungan terjadinya peristiwa dan
Menggunakan alur sorot balik / flash back.
C.
Keunggulan
dan Kelemahan
Keunggulan
novel “atheis” karya Achdiat K. Mihardja banyak mengandung pesan moral dan
pendidikan yang dapat menjadi panutan bagi para pembaca. Jalan cerita yang
menarik dan sulit ditebak sehingga pembaca akan merasa tertarik untuk membaca
halaman demi halaman tanpa bosan. Novel ini menggunakan bahasa yang cukup
komunikatif sehingga mudah dipahami maknanya. Sedangkan kelemahannya adalah
terlalu banyak alur sampingan yang disisipkan sehingga membingungkan pembaca.
D.
Kesimpulan
dan Saran
Banyak
amanat yang dapat kita ambil dari novel ini. Seakan kita diingatkan tentang
kehidupan orang yang fanatik tapi sempit dalam menjalankan kehidupan agamanya,
dimana hanya memikirkan urusan akhirat. Padahal Tuhan memerintahkan manusia
beribadah dengan tidak melupakan kewajiban sebagai manusia di dunia. Ketaatan
Hasan bersembahyang, melakukan ibadah semata-mata karena ketakutannya pada neraka.
Keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan serta manusia dengan manusia
sangat utama. Bacaan ini sangat bagus dan selayaknya menjadi bacaan wajib
pelajar dan mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar