Jumat, 19 Juni 2015

"Aku Menunggumu Mengucapkan..."


Ada saat di mana kulihat lampu-lampu jalan itu tampak gelap
Sepertinya alam hanya mempunyai satu warna-hitam..
Jika alam mempunyai warna merah, biru, kuning maka seharusnya dia dapat mencampurkan warna-warna itu dalam takaran yang berlainan agar suasana tak tampak hanya hitam
Hal yang membuatku menutup pintu
Hal yang membuatku memadamkan lampu yang sedang menatap wajahku, nuraniku
Kemudian ku letakkan sikut di atas meja, menyandarkan kepala pada tangan, dan mulai berpikir dalam kegelapan

Ah.. Mungkin itu hanya ilusiku saja
Sama ilusinya dengan percakapan kita, bahwa cinta adalah sebuah awan, mejanya adalah asap
Hati adalah bunga yang tersembunyi dan surgawi, mekar secara misterius
Dibanjiri dengan ketenangan, kegembiraan
Cahaya di tengah kegelapan, dan ada seribu perhatian kecil
Namun guratan-guratan samar terbentuk dan memusatkan diri pada perenungan kita
Dan dapat kita lihat sekilas dengan seksama mengenai kenyataan yang ada, menyadari fakta bahwa, bagaimanapun luar biasa situasi ini hanya menambah kelumpuhan hati saja
Seakan berada di lautan yang sangat luas
Di mana di bawah kaki tak ada apapun lagi selain benda-benda yang terlempar dan hancur, ombaknya tercabik dan terkibas oleh angin, mengelilingiku dengan menyeramkan, seluruh lidah air menerpa di atas kepalaku
Aku menjadi sebuah lubang bagian dari laut
Merasakan kemarahan laut dan mendengar suara-suara yang seakan-akan datang dari batas bumi
Dan dengan segenap kelelahan aku berbisik,
"Aku menunggumu mengucapkan cinta..."

~bill, 030615

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar