Jumat, 19 Juni 2015

SUDUT MATA ITU


Entah sejak kapan jantung ini mengenalimu
Meski hanya membaca mantra pada sudut matamu
Entah sejak kapan denyut nadi ini berlari secepat deru sang bayu
Tatkala sapamu hadir dalam lautku

Alam yang kelak meletakkan waktu

~bill, 190415

Aku Takut

Aku takut...
Aku takut tak dapat berlalu darimu
Aku takut..
Aku takut tak sanggup berpaling darimu
Karena ku tahu, aku tak pernah ada bagimu

~bill, 130515

"Dadu Mainan"


Mainkan saja terus permainannya
Sampai dadu itu terluka karena selaksa lemparan indahmu
Mainkan saja terus sampai dadunya terbelah

~bill, 160515

"Sindrom dalam Perlaluan"


Saya sandarkan saja pada sebuah perlaluan
Ketika saya mulai lelah
Lalu saya biarkan perlahan untuk lepas
Lepas tanpa rasa sakit
Seperti yang telah air ajarkan pada saya
Untuk jatuh tanpa rasa sakit
Tanpa hempas yang keras


~bill, 170515

"Aku Menunggumu Mengucapkan..."


Ada saat di mana kulihat lampu-lampu jalan itu tampak gelap
Sepertinya alam hanya mempunyai satu warna-hitam..
Jika alam mempunyai warna merah, biru, kuning maka seharusnya dia dapat mencampurkan warna-warna itu dalam takaran yang berlainan agar suasana tak tampak hanya hitam
Hal yang membuatku menutup pintu
Hal yang membuatku memadamkan lampu yang sedang menatap wajahku, nuraniku
Kemudian ku letakkan sikut di atas meja, menyandarkan kepala pada tangan, dan mulai berpikir dalam kegelapan

Ah.. Mungkin itu hanya ilusiku saja
Sama ilusinya dengan percakapan kita, bahwa cinta adalah sebuah awan, mejanya adalah asap
Hati adalah bunga yang tersembunyi dan surgawi, mekar secara misterius
Dibanjiri dengan ketenangan, kegembiraan
Cahaya di tengah kegelapan, dan ada seribu perhatian kecil
Namun guratan-guratan samar terbentuk dan memusatkan diri pada perenungan kita
Dan dapat kita lihat sekilas dengan seksama mengenai kenyataan yang ada, menyadari fakta bahwa, bagaimanapun luar biasa situasi ini hanya menambah kelumpuhan hati saja
Seakan berada di lautan yang sangat luas
Di mana di bawah kaki tak ada apapun lagi selain benda-benda yang terlempar dan hancur, ombaknya tercabik dan terkibas oleh angin, mengelilingiku dengan menyeramkan, seluruh lidah air menerpa di atas kepalaku
Aku menjadi sebuah lubang bagian dari laut
Merasakan kemarahan laut dan mendengar suara-suara yang seakan-akan datang dari batas bumi
Dan dengan segenap kelelahan aku berbisik,
"Aku menunggumu mengucapkan cinta..."

~bill, 030615

 

"LAKI-LAKI MISTERIUS"

Dia memikirkan keagungan dan keberadaan Allah, mengenai keabadian masa lalu, sebuah rahasia yang lebih asing lagi, mengenai semua yang tak terhingga, yang menembus pikirannya, di balik mata redupnya, dan, tanpa berusaha mengerti apa yang tak bisa dimengerti, dia... Laki-laki itu merenungkannya.
Dia terpesona olehNYA. Dia memikirkan rangkaian atom yang luar biasa, yang menyampaikan aspek penting, mengungkapkan kekuatan dan mengujinya dalam pikirannya.
Dia selalu menyiapkan dirinya untuk tidur dengan merenung di bawah pemandangan langit yang luas.

Dia berada dalam kesendirian, berkomunikasi dengan diri sendiri, tenang, mengagumi, membandingkan ketenangan jiwanya dengan ketenangan langit, bergerak di tengah kegelapan oleh kemegahan yang nyata, kemegahan yang gaib, membuka hatinya akan pemikiran yang datang dari yang tidak diketahuinya.
Aku mengaguminya meski dia adalah laki-laki misterius, yang hanya ada dalam nalar terdalamku, entah dalam nyata...

~bill, 040615

"PEREMPUAN SURGA BERJILBAB PANJANG DI RUMAH BESAR BEKAS GEREJA"

Ingatanku tak banyak, tak lebih dari usiaku tentang rumah besar bekas gereja,bercat hijau, berpagar tinggi, berpintu pagar hitam yang berderit keras ketika didorong maju mundur.
Tetapi wajah perempuan setengah baya dengan jilbab menjuntai panjang, yang selalu menyimpan uang baru dan ditata rapi dalam amplop untukku, yang selalu meluangkan doa-doa untukku dan dituliskannya pada lembaran kertas lengkap dengan tanggal yang tertera serta moment penting yang terjadi itu tak pernah lepas dari ingatanku. Air mata ini tak kan pernah mengembalikan tubuh hangat itu kembali.
Untuk membuat puisi tentangnya adalah puisi tentang suara hati manusia, berhubungan dengan nurani manusia yang paling mendasar, yang berarti menggabungkan seluruh syair kerinduan ke dalam syair yang perih dan menyakitkan. Di mana hati nurani adalah kekacauan dari angan-angan, nafsu, godaan, tungku pembakaran impian, sarang pemikiran-pemikiran yang membuat kita malu, hiruk pikuk tangisan dan medan pertempuran dari hasrat manusia. Rumit, lebih misterius, dan lebih tak terhingga.
Mungkin lebih indah jika aku menuliskan saja tentang ayu wajahnya dengan pemandangan yang lebih megah daripada langit, yaitu keindahan lubuk hatinya yang paling dalam dan tersembunyi pada jati dirinya sebagai manusia.
Aku menatap jauh ke dalam nuraninya, dan saatnya sudah tiba pula ketika aku tak lagi dapat melihatnya. Tak ada yang lebih buruk dibandingkan perenungan semacam ini. Tak diragukan lagi aku kehilanganmu, jauh lebih sakit dari yang kutampakkan pada setetes air mata yang tak ingin kutahan lagi. Aku kehilanganmu, sangat....
Aku mengingat ciuman terakhirmu untukku, sangat....

~bill, 050615

"SAUH"

Berputar-putar untuk menemukan ujung talimu
Untuk kugenggam erat mengikat jantungku
Ternyata aku tak mampu

~bill, 140615

Jumat, 05 Juni 2015

KONKLUSI

... dan ketika pemahaman atas dirimu jauh dari kumengerti
Aku belajar menahan benak
Menanak rasa, hingga bulir pedih ini tak terburai kemana arah ada
Tak terasa hijau di padang dada ini kian meruah
Sedikit mengolah rasa, membuat buncah rindu dapat melandai
Segala celah di cekung lintas peristiwa kupelajari
Hanya sekedar menjauhkan diriku dari gejala gagal paham
Paham yang bukan sekedar paham tentang diri dan likumu..


~bill, 150415

TERSESAT

" Aku tersesat dalam belantaramu" kata seekor burung tantina kecil yang terperangkap dalam kata-kata bersayap...

~bill, 070415

 

PUSARAN

Aku ada dalam pusaran
Bait demi bait kucerna dengan nalarku
Seandainya saja aku ada di dalam bait-bait itu... hmm...
Kata-demi kata tak mampu kupahami dengan baik
Maka diam adalah lebih paham
Diam adalah kata terbaik yang kutemukan
Karena jiwaku tak pernah ada pada tiap bait yang kubaca...
Karena aku tak pernah ada dalam penggalan cerita.
Titik...
Sekian...


~bill, 280215

JIKA LANGIT SINGGAH

Ketika di suatu waktu langit singgah dan memberiku tanda...
Akan kutanya padanya, " Maukah kau menungguku?, karena beberapa depa waktuku tertinggal olehmu...."
Jika langit hanya menengok saja dan berlalu tanpa singgah...
Akau kukatakan padanya, "..., kau begitu indah untuk kukagumi dan kukasihi, maka berlalulah dengan indah dan secepat kilatkan langkahmu hingga sampai pada ujung perlaluan itu...."

~bill, 260215