Kaos kakimu bau
Ketika pintu kututup dan kumatikan lampu
Masih saja bau
Mungkin berasal dari bolong yang menganga itu
Karena mataku rabun dan hampir buta
Maka bau kaos kakimu seperti mengitari
dinding-dinding senthong ini
Kali ini aku benar-benar tak tahan
Kaos kakimu benar-benar bau
Karena mataku rabun dan hampir buta
Menyekapku dalam doktrin gelap
Ambang dini hari
Sepeninggal derap kaki para penjaga malam di
sebelah gedung tua itu
Maka aku benar-benar sendiri menghapus jejak
Membersihkan bau di sekitar gelap berdebar
Kaos kakimu bau
Bahkan sepasang tikus pun menghentikan cumbu
Lari terbirit-birit mengelak, menghindar, dan
menangkis remahan bau kaos kakimu
Di dunia ini basa-basi lebih berarti
Namun tidak bagi sepasang tikus di kolong dipan
senthongku
Bahasa hanya menjelma sebagai angin-angin
Tak pelak sekian lama mencandai bau kaos kakimu
Aku masih saja gagal paham
Matahari lebih cepat naik di antara rimbun daun
Tergagap tiba-tiba, tubuhku terlempar
menggelinding, tersungkur di bawah dipan
Tepat di samping sepatu tua yang tersimpan kaos
kaki bolong itu
Terpana seketika
Tak kutemui bau kaos kakimu
Tak ada apapun, kecuali sunyi sajakku
Kusadari..
Kulesati alam mimpi yang kau rancang
Lalu kau tinggalkan aku sendiri
Melesatkan tangis di langit
Karena kaos kaki bolongmu tak kan lagi bau
Kau bawa serta bersama dalam nisan kayu kecil,
di barat kampung sebelah
Dan kudapati tubuhku tengadah ke langit-langit
senthong kita
Tanpa tegur sapa
~bill, 27 Nop 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar