Demi apa keteguhanku terus kau rejam dengan segala diammu
Jika sesakit ini adalah lahap dahaga riangmu
Maka mata palungku adalah sumur yang tak henti mengalirkan mata air airmata
Sampai kapan ku mampu bertahan dengan cara menoreh kata demi kata
Huruf demi huruf seperti sengaja mengejekku
Sejengkal saja ingin kutendang sebagai perlawanan
Tapi tintaku adalah darah yang mengalir dalam tiap denyutku
Dan aku membatalkan niat itu meski harus kutelan seringai huruf demi huruf itu dengan senyum pahitku
Ketika tatap mata elangmu membeku di telapak nadiku
Sejak itu dinginnya mengalir ke seluruh ruang di dadaku
Demi apa terus kau rejam keteduhan di dalam hatiku
Dan malangnya aku tak mampu membencimu, wahai kau pemberi rasa rindu...
~bill, 231014
Huruf demi huruf seperti sengaja mengejekku
Sejengkal saja ingin kutendang sebagai perlawanan
Tapi tintaku adalah darah yang mengalir dalam tiap denyutku
Dan aku membatalkan niat itu meski harus kutelan seringai huruf demi huruf itu dengan senyum pahitku
Ketika tatap mata elangmu membeku di telapak nadiku
Sejak itu dinginnya mengalir ke seluruh ruang di dadaku
Demi apa terus kau rejam keteduhan di dalam hatiku
Dan malangnya aku tak mampu membencimu, wahai kau pemberi rasa rindu...
~bill, 231014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar